http://www.claimfans.com

Tuesday 24 April 2012

Aku dan Regina

Ini adalah cerita tentang pengalamanku saat berhubungan seks dengan sahabat baikku, Regina H.
Dharmawan. Pagi ini, aku kembali mendapat kuliah sore hari. Ah, daripada iseng, lebih baik aku ke
rumah Regina. Sekalian dari sana pergi ke kampus bersama. Aku memarkir mobil di depan pintu pagar
rumah Regina. Rumahnya tampak sepi. Jangan-jangan ia tak ada di rumah. Aku tekan bel pintu. Tak
lama kemudian pembantunya keluar.

"Ada perlu apa, Non?" tanyanya.
"Ng.. Gina ada, Mbak?"
"Ada, tunggu sebentar ya." Sang pembantu masuk ke dalam rumah kembali.
"Kata Non Gina, Non Irene disuruh langsung masuk saja. Non Gina lagi ada di kamarnya."
"Baiklah, Mbak."

Pembantu itu mengantarkan aku ke depan pintu kamar tidur Regina. Setelah pintu dibuka dari dalam
aku segera masuk. Si pemilik kamar sedang duduk di atas tempat tidur seraya membaca buku. Astaga!
Ia telanjang bulat. Tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh selembar benang pun. Tampaklah
payudaranya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat puting susu yang tinggi, yang
dikelilingi oleh lingkaran coklat, sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut-rambut tipis.
Pahanya yang putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya.

"Ren, duduk di sini dong. Jangan bengong saja."
"Lho, kamu lagi ngapain, Gin?" tanyaku.
"Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Ren."
"Kenapa?"

"Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong", kataku sambil menyodorkan kaus singlet
kepadanya. Regina bukannya menerima pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga
aku jatuh telentang di atas kasur. Tiba-tiba Regina mencium bibirku, sementara tangannya meremasremas
payudaraku yang tidak begitu besar.

"Gin! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!" kataku sambil berusaha melepaskan diri. Akan tetapi
Regina lebih kuat. Tubuhnya yang bugil menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja. Dengan
perlahan-lahan Regina menanggalkan kaus oblong yang kukenakan. Ia menyelipkan tangannya ke balik
mangkuk behaku lalu meremas payudaraku. Aku menggerinjal-gerinjal dibuatnya. Kemudian ia
melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah payudaraku yang kencang menantang.
"Ya ampun, Ren. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi kencang dan kenyal lho", kata
Regina sambil mempermainkan puting susuku dengan jari-jemarinya yang lentik sehingga membuatku
kegelian.

Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas payudaraku. Terasa kenyal dan ketat baginya. Aku
semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot
payudaraku. Lidahnya pun mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia
menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya.

Setelah puas merambah payudaraku, Regina membuka celana panjangku. Tangannya meraba pahaku
yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi
yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke mulutku
dan aku menerimanya. Aku lumat payudara yang kenyal itu dengan mulutku, sedangkan lidahku yang
menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi
menggiurkan. Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja. Regina semakin
memelukku dengan erat.

"Ouuhh.. Irene.. ouuhh!"

Aku dan Regina saling berpelukan. Kedua pasang payudara kami saling bersentuhan. Sejenak ada
perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku merasakan payudaranya yang kenyal. Demikian pula
Regina yang merasakan payudaraku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku,
sehingga kami berdua sama-sama mendesah.

"Ouuhh.. ouuhh.." aku menjerit kecil tatkala lidah Regina mulai menjilati kemaluanku dan kemudian
masuk menyusuri liang vaginaku. Ia menjilat-jilat bagian dalam "daerah terlarang"ku yang mulai basah
itu. Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada
kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan
tergolek begitu saja di atas kasur.

Tak lama kemudian, Regina bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di meja di samping tempat
tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke kemaluanku. Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia
juga menuangkan es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Regina menindihku.
Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula kepalaku menghadap ke selangkangannya.
Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang
vaginaku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam "gua keramat"ku itu.

 Dijilatinya dinding vaginaku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian.

"Ouuhh.. Gina.. teruskan..!" desisku bernafsu. Regina melanjutkan penjelajahannya. Sementara itu di

Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai berdampingan dalam keadaan loyo.
Lelah memang, namun penuh dengan kenikmatan yang tak terhingga. Regina tersenyum. Tiba-tiba
tangannya kembali meraih tubuhku dan mendekapku. Kembali payudara kami bersentuhan, sementara
mulut kami saling melumat satu sama lain. Kami berbaring berhadap-hadapan, dengan kedua kakiku
dan kakinya saling berselisipan dan kedua selangkangan kami saling menempel. Kemudian Regina
menggesekkan kemaluannya pada kemaluanku berulang-ulang hingga kami berdua puas.

0 comments:

Post a Comment